Sekilas Berita - Dalam laporan terbarunya, Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB menyebut bahwa ada setidaknya 30 orang anak yang tewas dalam serangan udara yang terjadi di bulan April lalu yang terjadi di daerah Provinsi Kunduz yang berada di wilayah timur laut dari Afghanistan.
Pasca serangan yang terjadi 2 April lalu, pemerintah melalui angkatan udaranya sudah menargetkan pertemuan para tokoh-tokoh senior Taliban. Dari penyelidikan yang dilakukan oleh PBB, ditemukan adanya enam orang dewasa yang turut tewas dalam serangan udara dimana terjadi di dekat sekolah agama dan pada saat itu tengah berlangsung upacara terbuka.
"Dari laporan yang kami terima dimana sudah kredibel, bisa saja jumlah korban yang ada lebih tinggi," dalam laporan yang ditulis yang dikutip BBC hari Selasa (08/05/2018).
Terdapat ratusan pria dan juga anak laki-laki yang menghadiri acara yang ada di Distrik Dasht-e Archi saat itu menurut laporan dari PBB yang kemudian terjadi tembakan roket serta senapan mesin berat dari sebuah helikopter. Pada awalnya pemerintah Afghanistan menyebut ada 18 orang militan senior merencanakan serangan tersebut sudah tewas kemudian menuduh Taliban yang menembak warga sipil.
Pihak Taliban sendiri membantah adanya militan yang hadir saat terjadinya serangan udara yang disebut menewaskan atau bahkan terluka 200 warga sipil. Misi Bantuan PBB yang berada di Afghanistan atau Unama menyatakan bahwa mereka tidak bisa mengkonfirmasi ataupun menyangkal kehadiran dari para pejuang Taliban saat serangan udara tersebut serta mempertanyakan sampai sejauh apa pemerintah akan bertindak serta mengambil langkah yang konkret dalam mencegah korban sipil.
Dalam laporan tersebut juga dinyatakan bahwa masih tingginya jumlah korban anak-anak kini menimbulkan kekhawatiran terkait dengan penghormatan pemerintah dengan aturan tindakan dari pencegahan serta proporsionalitas di bawah hukum humaniter internasional. Dalam catatan peneliti bahwa mereka kini masih terjebak dari konfilik antara pemerintah Afghanistan
Pemerintah Afghanistan dan juga gubernur provinsi tersebut telah melakukan penyelidikan terkait dengan insiden tersebut meski hasil temuan mereka masih belum dirilis. Hamid Karzai yang merupakan mantan Presiden Afghanistan mengutuk serangan tersebt dan menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan atas nama untuk memenangi terorisme dan bertentangan dengan semua prinsip.
Jumlah dari serangan yang sudah dilakukan oleh pasukan Afghanistas bersama dengan Amerika Serikat sendiri telah melonjak sejak Presiden Donald Trump mengumumkan strategi baru di bulan Agustus tahun lalu. PBB sendiri sudah mencatat adanya peningkatan dari jumlah korban sipil karena adanya serangan udara yang dilakukan.
Di tahun 2017, ada 631 korban sipil yang dicatat PBB saat itu dimana serangan udara dilakukan oleh pasukan pro pemerintah dimana termasuk juga pasukan militer internasional. Separuh dari jumlah korban yang ada berasal dari operasi tentara Afghanistan. Ini merupakan jumlah korban sipil yang tertinggi karena serangan udara yang terjadi dalam satu tahun sejak PBB melakukan pencatatan secara sistematis yang dimulai tahun 2009.
Dalam laporan tersebut juga dinyatakan bahwa masih tingginya jumlah korban anak-anak kini menimbulkan kekhawatiran terkait dengan penghormatan pemerintah dengan aturan tindakan dari pencegahan serta proporsionalitas di bawah hukum humaniter internasional. Dalam catatan peneliti bahwa mereka kini masih terjebak dari konfilik antara pemerintah Afghanistan
Pemerintah Afghanistan dan juga gubernur provinsi tersebut telah melakukan penyelidikan terkait dengan insiden tersebut meski hasil temuan mereka masih belum dirilis. Hamid Karzai yang merupakan mantan Presiden Afghanistan mengutuk serangan tersebt dan menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan atas nama untuk memenangi terorisme dan bertentangan dengan semua prinsip.
Jumlah dari serangan yang sudah dilakukan oleh pasukan Afghanistas bersama dengan Amerika Serikat sendiri telah melonjak sejak Presiden Donald Trump mengumumkan strategi baru di bulan Agustus tahun lalu. PBB sendiri sudah mencatat adanya peningkatan dari jumlah korban sipil karena adanya serangan udara yang dilakukan.
Di tahun 2017, ada 631 korban sipil yang dicatat PBB saat itu dimana serangan udara dilakukan oleh pasukan pro pemerintah dimana termasuk juga pasukan militer internasional. Separuh dari jumlah korban yang ada berasal dari operasi tentara Afghanistan. Ini merupakan jumlah korban sipil yang tertinggi karena serangan udara yang terjadi dalam satu tahun sejak PBB melakukan pencatatan secara sistematis yang dimulai tahun 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar